Minggu, 09 Maret 2008

MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Berdasarkan 200 sampel yang saya ambil dari hasil interviu dan angket yang disebarkan kepada peserta didik kita mengenai “ Matematika ” melihat dari hasil persentase ⅛ % yang mengatakan “ I’m happy to matematic .“ yang lainnya mengatakan “ I’m don’t to matematic.” Why……..? Alasan-alasan yang diungkapkan oleh anak didik kita. Mereka berpendapat bahwa matematika,pelajaran yang paling sulit, matematika pelajaran yang penuh tantangan, matematika pelajaran yang paling rumit karena dipenuhi rumus-rumus dan simbol-simbol yang susah dipahami, bahkan ada juga yang mengatakan matematika pelajaran yang menakutkan (angker). Itulah imek anak didik kita tentang “ matematika.” Bahwa ada juga kritik mengapa kebanyakan karakteristik guru pengajarnya, kelihatan serius, keras, pemarah, kurang murah senyum, kaku, dllnya. Sehingga kami sebagai anak didiknya susah untuk berkomunkasi, dan ada rasa segan untuk bertanya.
Melihat dari proses yang terjadi dikalangan peserta didik kita apakahini merupakan sebagian kecil factor yang mempengaruhi persentase “ kelulusan matematika” sangat kecil, jika diklasifikasikan “ Error.” Seyogyanya kita sebagai pengajar berusaha merubah imek mereka tentang matematika, agar mereka berupaya menyenangi matematika. Sehingga anak didik kita mengucapkan “ I’m happy to matematic or I love to matematic is the best.”
Berdasarkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar matematika. Mengajar itu harus diarahkan agar peristiwa belajar terjadi,belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik yaitu melibatkan intektual peserta didik secara optimal. Peristiwa belajar yang kita kehendaki bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat kita kelola sebaik-baiknya. Di lihat dari sudut peserta didik, kegagalan atau keberhasilan belajarsangat tergantung kepada peserta didik. Misalkan saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan belajar matematika. Di samping itu juga bagaimana kondisi anak didik kita, kondisi fisiologinya dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang keadaan lelah. Kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan, ingatan dan sebagainya juga berpengaruh terhadap kegiatan belajarnya. Faktor berikutnya pengajar, kemampuan pengajar dalam menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar.
Pra sarana yang mapan juga mempengaruhi terjadi proses belajar seperti ruangan yang sejuk dan bersih dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih mempelancar terjadi proses belajar. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga kita disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar dan mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar dan hakekat matematika. Kalau kita telaaah, sebenarnya matematika itu menarik karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol maka konsep-konsep matematika harus dipahami lebih dulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Matematika juga bisa dibuat permainan yang menarik sehingga kita tidak bosan untuk mempelajarinya.
Kita sebagai guru matematika, merasakan suatu tantangan bagaimana agar anak didik kita menyenangi “ Belajar Matematika.” Setelah kita lakukan pengamatan-pengamatan terhadap anak didik kita. Dengan cara merubah pola mengajar dan mencari pola dan model lain yang variansi sehingga anak didik kita tidak merasa kejenuhan. Tips-tips yang pernah kita lakukan sebagai berikut :
v Buatlah suasana kelas nyaman agar anak didik kita tidak merasa tegang, relex, santai tapi serius.
v Adakan pendekatan-pendekatan dengan anak didik kita sehingga mereka merasa diperhatikan, dan dengarkan keluh-keluhannya dengan memberikan solusi yang terbaik.
v Pola belajar matematika kita ubah, carilah pola dan model baru yang bervariansi sehingga anak tidak jenuh.
v Dalam proses mengajar belajar matematika, kalau anak didik kita mulai merasakan kejenuhan, cobalah kita ajak mereka bermain matematika dengan membagikan kelompok belajar. Seperti permainan kuis, teka-teki silang, kartu yang ada kaitannya dengan matematika. Ada juga dengan melakukan gerak-gerakan yang membuat mereka relex sehingga anak didik kita merasa nyaman belajar matematika.
v Memberikan plus bagi anak didik kita yang bisa memecahkan masalah seperti gerakkan tangan dengan mengacukan jempol, dengan pujian dan hadiah-hadiah kecil sehingga anak termotivasi dalam belajar. Bagi anak didik kita yang belum bias, berikan semangat dan dorongan bahwa kalian juga bisa memecahkan masalah itu.
v Dalam hal mengajar matematika, pengajar mampu memberikan intervensi yang cocok, bila pengajar itu menguasai dengan baik matematika yang diajarkan.
v Pengajar seyogyanya juga memahami teori belajar sehingga belajar matematika menjadi bermakna bagi peserta didik.
Itulah usaha-usaha kita agar anak didik kita merasa nyaman belajar matematika dan tidak merasakan jenuh walau mereka berada di kelas beberapa jam lamanya. Pengajar matematika hendaklah berpedoman bagaimana mengajar matematika itu sehingga peserta didik belajar matematika. Lebih cocok dikatakan “ Mengajar belajar matematika. “ dari pada “ Belajar mengajar matematika.” Karena yang pertama orientasi mengajar adalah peserta didik agar ia belajar matematika sedang yang kedua yang dipelajari adalah mengajar matematika.


By Meriyanti, S.Pd
SMK Negeri 1 Barabai